(22/12) www.ibuasik.com - Malam Puncak Konferensi Ibu Pembaharu dirayakan dengan sangat meriah sekali, dibuka dengan sambutan Dzikra I.Ulya (Institut IP), Yesi Dwi Fitria (Kampung Komunitas), Una (Sejuta Cinta), Laksemi Bania Siregar (KiPMA), Nesri Baidani (RCIP) dan Utami Sadikin (Seknas) dengan penuh takzim dan refleksi mendalam kilas balik kiprah Ibu Profesional.

Dari satu bibit tumbuh menjadi tanaman yang menghasilkan buah, mempunyai cabang yang kokoh dan menghasilkan bunga-bunga yang mekar siap menjadi buah yang jatuh ke tanah untuk tumbuh dan berkembang, dengan support system yang selalu mendukung untuk berkembang dan terus berkembang. Pembukaan yang disampaikan dari semua komponen dikemas apik sedemikian rupa menggambarkan sebuah visi misi untuk berkembang dan terus berkembang.

Ibu profesional adalah ibu yang siap berjuang menjadi wanita, istri dan ibu yang berdaya. Suara yang digaungkan oleh Seknas Ibu Profesional "Jika ada 100 orang yang berjuang untuk perempuan itu adalah saya. Jika ada 10 orang yang berjuang untuk perempuan itu adalah saya" dan jika ada 1 orang yang berjuang untuk perempuan itu adalah saya" begitu mengobarkan semangat membangkitkan gelora jiwa.

Berawal dari niat mengubah mindset ibu rumah tangga yang dianggap sebelah mata menjadi Ibu hebat untuk anak-anaknya, Ibu Profesional lahir menjadi menghasilkan berbagai penghargaan yang didapat, mengembalikan fitrah perempuan dan kebanggaan menjalani peran sebagai ibu. Bersama berdampingan tangan untuk berdampak untuk semua.

Acara yang besar dilaksanakan setiap dua tahun sekali ini menghadirkan narasumber dari berbagai daerah bahkan dari berbagai negara dengan kiprahnya. Sebagai penutup sekaligus memberikan materi kuncinya, Founder Ibu Profesional Ibu Septi Peni menyampaikan materi dengan tema Saya Ibu Rumah Tangga dan saya bangga. Ibu rumah tangga sejatinya tidak hanya mengurus masalah sumur, dapur, kasur, tidak sepatutnya diidentikkan sebagai golongan yang gagap teknologi, kurang update dan dilabelkan sebagai pengangguran, sehingga terlihat ada kesenjangan yang berbeda antara IRT dan ibu bekerja. Ini membuat seorang ibu tidak bangga, tidak berdaya, karenanya Ibu Profesional hadir menjadi solusi agar para ibu bangkit menerima dan memaknai peran mulianya. Ibu Profesional lahir agar para ibu bangga kepada diri kita sendiri. Karena Anak-anak hebat akan terlahir dari Ibu yang hebat, maka hebatkanlah dirimu dan bersungguh-sungguhlah di dalamnya, itulah pesan Pak Dodik Maryanto kepada Ibu Septi di awal penanaman valuenya.

Ibu berdaya itu harus mempunyai minat belajar, "Capacity Building, Community Building, dan Altruism Building" harus diwujudkan. Pembentukan kapasitas ibu dilakukan melalui komponen institut, pembentukan komunitas melalui komponen Kampung Komunitas lalu komponen lainnya hadir melengkapi. Pola-pola tersebut diciptakan agar ibu dapat berkembang, berkarya dan berdampak untuk semua. Ibu Peni pun juga mengutarakan jika mau mengubah keadaan maka harus mengubah diri kita sendiri terlebih dahulu. Hal-hal yang perlu diubah yaitu mindset jadi pola pikir bertumbuh, mengubah narasi bahwa semua ibu bekerja dan setiap ibu berhak bahagia. Kemudian berusaha menciptakan ekosistem baru untuk para ibu pembaharu. Sehingga kita akan menjadikan diri dimanapun ranahnya ibu bisa berdaya, berguna dan bahagia.

Dunia berubah dan akan senantiasa berubah. ibu Septi mengajak kita semua untuk mempertanyakan diri lagi, jika pribadi ini, keluarga ini, masyarakat ini tidak mengalami perubahan setelah berkomunitas maka ada yang salah dengan ruang dan tempat belajar. Maka selayaknyalah setiap kita membuat banyak perubahan di Ibu Profesional dengan tidak berhenti belajar. Jika berhenti belajar maka disanalah kita hidup tetapi tidak memiliki ruh.

Beliau pun juga membacakan deklarasi Ibu Pembaharu yang menggaungkan 6 poin mencakup kritik dan menyuarakan enam tujuan berkelanjutan. Deklarasi Konferensi Ibu Pembaharu berisi:

Issue 1 : Perempuan menyadari, menghargai, dan bangga akan perannya sebagai ibu rumah tangga yang berkontribusi positif untuk masyarakat dan dunia

1.a. Ibu rumah tangga bukan pengangguran, kami berkontribusi bagi negeri ini sebagai pendidik generasi. Sehingga tidak adil apabila negeri ini hanya mengukur produktivitas perempuan berdasarkan kontribusi pekerjaan publik yang dibayar, sedangkan pekerjaan dan produktivitas perempuan di aspek domestik tidak pernah diperhitungkan.

1b. Kemampuan dan potensi yang memadai dari perempuan sebagai istri dan ibu merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas kesejahteraan keluarga dan keunggulan sumber daya manusia di negeri ini, oleh karena itu keprofesionalan "Ibu rumah tangga" harus diperhitungkan untuk menentukan kebijakan strategis negeri ini.

Issue 2: Perempuan dan anak perempuan berdaya melalui teknologi informasi dan komunikasi.

2. Perempuan dan anak perempuan bukan objek teknologi informasi dan komunikasi, sekarang saatnya para perempuan lebih berdaya sebagai subjek berita dan sumber konten baik baik negeri ini dengan bermartabat dan bertanggungjawab menggunakan teknologi informasi dan komunikasi positif.

Issue 3: Potensi Perempuan dalam Pemberdayaan Disabilitas

3. Setiap perempuan Indonesia berhak mendapatkan akses pendidikan berkualitas secara inklusif apapun kondisi tubuhnya, dimanapun mereka berada dan apapun kondisi latar belakang kehidupannya karena mendidik satu perempuan sama dengan mendidik satu generasi.

Issue 4: Perempuan dan Pendidikan/Pengasuhan Anak

4. Pendidikan yang merdeka dan memerdekakan bagi perempuan merupakan sebuah keniscayaan karena memberikan ruang bagi perempuan untuk menemukan jati dirinya, mandiri (tidak bergantung pada siapapun kecuali Allah) dan berdaulat penuh atas keputusan yang diambil tentang diri dan kehidupannya. Perempuan yang merdeka akan memberikan kemerdekaan bagi anak, suami dan orang-orang disekitarnya.

Issue 5: Perempuan berdaya dalam bidang ekonomi baik sebagai anggota keluarga, tulang punggung keluarga maupun orang tua tunggal.

5. Perempuan baik sebagai anggota keluarga, tulang punggung keluarga maupun perempuan sebagai orang tua tunggal berhak mendapatkan lingkungan produktif yang menghargai fitrah perempuan sehingga tetap bisa berdaya dan berkarya, tanpa meninggalkan peran pentingnya sebagai pendidik anak yang pertama dan utama.

Issue 6: Perempuan berdaya dan berkarya untuk kehidupan yang berkelanjutan dan dapat dimulai dari dalam rumah.

6. Kami, para perempuan akan memperjuangkan cara hidup berkelanjutan untuk kehidupan saat ini dan kehidupan generasi selanjutnya mulai dari menjalani kehidupan di rumah secara sadar dan menghidupkan kearifan lokal.

Deklarasi KIP ini akan diperjuangkan bersama dalam kurun waktu lima tahun ke depan dengan membawa tema besar lima tahunan yaitu Ibu Profesional untuk Indonesia (22 Des 2021-21 Des 2026).

Selepas pembacaan deklarasi gelombang semangat membahana di seluruh dada para Ibu peserta Konferensi, tekad dan tujuan lima tahunan bersama telah dipancangkan kokoh, ujian keistiqomahan dan komitmen akan bersama perlu dikawal. Gegap gempita perhelatan 2 tahunan Ibu Profesional telah berakhir seiring dengan penutupan resmi oleh Founder Ibu Septi Peni Wulandani, namun semangatnya semakin membumi. Selamat 1 Dekade Ibu Profesional, ASIK siap menyongsongnya dengan kolaborasi bersama para perempuan Indonesia.