(20/12) www.ibuasik.com - Seringkali kita bertanya bagaimana caranya bisa memiliki ketahanan pangan jika hidup di perkotaan di mana semua serba praktis dan instan? Materi ke-8 di hari ke empat Konferensi ini menghadirkan pembicara yang seorang praktisi permakultur, Ibu Listiana Suherman.
Sesi yang dimoderatori oleh Novia Sara ini berlangsung seru diawali dengan pemutaran video mengenai hidup berkelanjutan dengan permakultur, bagaimana meminimalisasi dampak lingkungan sambil memanfaatkan sumber daya sehingga bahkan menciptakan bisnis dan produk yang ramah lingkungan (sustainably minded businesses and products).
Mbak Nana, begitu beliau disapa menyampaikan materi di tengah kesibukannya sebagai engineer telekomunikasi dan mengasuh anaknya. Bandung Permakultur yang berlokasi di wilayah Cimahi ini lahir dari keinginan beliau memiliki tempat yang nyaman dari hiruk pikuk kota namun menjadi solusi pemanfaatan dari alam. Dengan langkah from garden to table apa yang ditanam di kebun yang akhirnya dihidangkan ke meja makan, limbahnya pun dikembalikan lagi ke alam menjadi pupuk setelah melewati proses pada bio-digester.
Permakultur tidak hanya bisa dipraktikkan untuk agrobisnis namun juga untuk bisnis, penerapan komunitas bahkan sebagai solusi pendekatan ekologi di rumah dalam pengelolaan ketahanan pangan keluarga. Misalnya penerapan skala rumah tangga di wilayah urban adalah dengan memulai berkebun tanaman sayur annual untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Sayur jenis ini adalah yang cukup sekali ditanam namun bisa panen sepanjang tahun misalnya kelor, katuk, dll. Lebih menguntungkan secara ekonomi dan gizinya dibanding tanaman yang jenis perenial atau biennial yang sekali panen harus dicabut seperti kangkung, bayam atau yang hanya panen 2-3 kali saja. Selain itu Mbak Nana juga menyarankan one dish meal berwarna-warni dari makanan untuk menjaga imunitas keluarga.
Dalam permakultur tidak bisa disagregasi terpisah, namun masalah ekologi, gizi, edukasi semua harus terintegrasi. Salah satu upaya Mbak Nana dan rekannya adalah dengan menggerakan Anak Anak Learning House. Di sini anak-anak Sumbawa diajak belajar untuk peduli dengan lingkungan diajak belajar secara gratis hanya membayar dengan sampah untuk ecobrick. Dengan gerakan ini tujuan kehidupan berkelanjutan serta pendidikan dapat teratasi.
Semakin malam materi disampaikan semakin ramai arus pertanyaan di kolom komentar dan pertanyaan di chat box KIP Longue Umum. Kesempatan bertanya secara live ini merupakan inovasi dan sebuah pengalaman virtual yang memenuhi kebutuhan para ibu ketika belajar dalam Konferensi ini. Apresiasi untuk panitia Konferensi Ibu Pembaharu dan founder Ibu Profesional, Ibu Septi Peni Wulandani yang memberi kesempatan seluas-luasnya para ibu untuk belajar bermanfaat #darirumahuntukdunia.
Di akhir materinya Mbak Nana menyampaikan bahwa jika ingin memulai sesuatu tidak perlu berpikir ribet, mulai saja dari sesuatu yang kecil dan terdekat dahulu, lalu lakukan dengan konsisten. Bagaimana Sobat ASIK, tertarik menerapkan permakultur untuk ketahanan pangan dan kehidupan berkelanjutan dari rumah?