(21/12) www.ibuasik.com Menginjak sore hari, materi ketiga di hari kelima Konferensi Ibu Pembaharu ini mengusung tema Ibu dan Anak bahagia oleh Ibu Farha Ciciek. Konferensi yang diadakan dua tahun sekali ini selain memang memanjakan visual panggung yang megah secara virtual juga memenuhi tangki ilmu para Ibu Profesional dengan pembicara yang sudah mengakar di bidangnya.
It takes a village to raise a child, kata bijak ini membawa makna bahwa mendidik dan mengasuh seorang anak membutuhkan dukungan dan partisipasi lingkungan terdekatnya. Selain kedua orangtuanya, mendidik anak membutuhkan partisipasi orang sekampung, memerlukan kepedulian warga satu desa.
Adalah ibu Farha Ciciek @farhaciciek, yang terpantik kepeduliannya akan kebutuhan anak-anak di lingkungannya. Mari bermain yang tidak main-main, menjadi pemicu perubahan sosial bagi warga ledokombo, sebelah utara kabupaten Jember. Kondisi masyarakat dengan marginalisasi ekonomi, sosial, dan pendidikan memicu anak-anak menjadi yatim piatu sosial karena orang tua mereka bergerak mencari penghasilan keluar daerah karena keterpaksaan.
Jeritan anak-anak "Ayah Pulang, Ibu Pulang, Aku ingin Senang yaitu Bermain". Dari empati itulah kemudian terwujud aksi. Bu Ciciek menginisiasi komunitas Tanoker untuk memenuhi kebutuhan anak-anak untuk bermain bareng, ngobrol bareng, beraktivitas bareng. Kegiatan bermain ini dimulai dengan menggunakan egrang yang merupakan permainan tradisional Ledokombo. Komunitas ini menjadi wadah bersama untuk menggapai cita-cita bersama. Berfokus pada potensi dan solusi bukan pada masalah, sehingga terbuka kesuksesan.
Dari permainan tradisional, dengan kreativitas melahirkan tarian egrang kemudian menjadi sorotan dan mengikuti festival budaya di tingkat nasional maupun internasional. Dengan kearifan lokal, anak-anak ini menginspirasi banyak kalangan. Hal ini tidak dilakukan sendiri, tetapi kegotongroyongan dan kebersamaan menjadikan Ledokombo sebagai desa layak anak. Dengan mendirikan komunitas Tanoker di Ledokombo, ibu Ciciek menciptakan ekosistem bersama seluruh elemen masyarakat, ada sekolah bok ebok, sekolah pak bapak, sekolah eyang sebagai media edukasi untuk memberdayakan semua.
Setiap perubahan selalu ada tantangan, dengan membuat mimpi bersama bisa merangkul masyarakat untuk maju bersama. Sekarang banyak anak di Ledokombo berani bermimpi dan menjadi berdaya.
Anakmu dan anakku menjadi anak kita. Bahwa pengasuhan dilakukan dengan komunal dan menjadi tanggung jawab bersama. Merawat harapan dari anak-anak sampai para eyang untuk terus menjadi lebih baik.
Jangan putus untuk bermain, bergerak membuat makna baru dari aktivitas yang dilakukan dengan bermain, tentunya bermain yang tidak main-main.