Empowered me lebih dari sekedar ibu percaya diri

www.ibuasik.com - 8/11/2022, 10:50 WIB. Penulis : Riana Oktavia.

"Empowered Me" memiliki arti "Aku Berdaya". Sedangkan Puty Puar dalam bukunya yang berjudul serupa, mendefinisikan kata "ME" sebagai sebuah singkatan dari Mother Empowers. Sehingga "Empowered Me (Mother Empowers)" diartikan sebagai ibu yang berdaya memberdayakan sesamanya.


Menurut KBBI kata "Berdaya" artinya berkekuatan, berkemampuan, bertenaga. Dengan kata lain "berdaya" itu adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu, atau kemampuan untuk bertindak mengatasi masalah. Kemudian kapan seseorang dikatakan berdaya? Lebih spesifik lagi seperti apa perempuan atau ibu yang berdaya itu?


"Perempuan berdaya adalah dia yang bisa mengidentifikasi potensi diri, mengaktualisasikan, dan bisa bermanfaat untuk masyarakat", kata Atikoh Ganjar Pranowo, Ketua TP PKK sekaligus Penasihat DWP Prov Jawa Tengah (Dilansir pada laman jatengprov.go.id 10/6/2022). Sedangkan Puty Puar sendiri berpendapat bahwa perempuan berdaya yaitu perempuan yang memiliki kekuatan/kemampuan memilih atau mengambil keputusan untuk hidupnya sendiri.


Dari dua pendapat tersebut bisa kita simpulkan bahwa perempuan berdaya adalah ia yang bisa mengidentifikasi potensi dirinya sehingga ia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan untuk hidupnya sendiri. Oleh karena itu ia mampu mengaktualisasikan dirinya untuk dapat bermanfaat bagi masyarakat.


Tetapi pada kenyataannya banyak perempuan yang kesulitan dalam mengidentifikasi potensi dirinya hingga akhirnya ia menjadi rendah diri dan merasa tidak berdaya. Apalagi setelah ia memiliki anak, seorang ibu rentan mengalami krisis kepercayaan diri. Hal ini dibuktikan dalam sebuah riset berjudul "Self-Esteem and Relationship Satisfaction during the Transition to Motherhood" yang diterbitkan oleh Journal of Personality and Social Psychology pada tahun 2017.


Peneliti menemukan sebuah pola tetap yang dialami oleh banyak ibu dalam beberapa periode. Kepercayaan diri para ibu biasanya menurun lalu akan meningkat pada 6 bulan kehamilan. Kemudian kepercayaan diri ini akan terus menurun hingga beberapa bulan berikutnya. Bahkan hingga bayi lahir sampai berusia 3 tahun, kepercayaan diri ibu tidak benar-benar pulih seperti semula. Baru setelah anak berumur 3 tahun dan tidak mengurus anak kedua dan selanjutnya, maka perlahan kepercayaan diri itu naik lagi. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, seperti perubahan fisik ibu, perubahan hormon, stres berlebihan dengan perkembangan bayi, dan kekhawatiran akan masa depan.


Hal ini sangat disayangkan karena krisis kepercayaan diri akan mempengaruhi kesehatan mental seorang ibu. Seorang ibu akan merasa dirinya tidak berharga dan tidak berdaya dalam menjalankan perannya. Perlu dukungan yang besar dari orang-orang terdekat untuk mengembalikan kepercayaan diri seorang ibu. Tetapi yang paling penting adalah kesadaran pada dirinya sendiri bahwa ia berharga dan mampu berdaya.


Sebagai seorang muslimah kita perlu meyakini bahwa kehadiran kita di dunia bukanlah sia-sia. Almarhum Ustadz Harry Santosa, penggagas konsep Fitrah Based Education, dalam laman wartapilihan.com, menjelaskan bahwa "Setiap manusia dihadirkan di dunia bukan suatu yang sia-sia, melainkan memiliki peran spesifik yang sangat ditunggu dunia. Setiap manusia alangkah berharga, menebar manfaat dan rahmat bagi dunia. Setiap individu yang lahir ke dunia ini membawa misi hidup yang telah digariskan oleh Allah". Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Al-Isra ayat 84, “Katakanlah (yaa Muhammad) bahwa setiap orang beramal menurut bakat atau karakter pembawaannya masing masing, dan Robbmulah yang paling mengetahui siapa yang paling benar jalannya”


Sejalan dengan konsep misi hidup tersebut, Abah Rama Royani, penggagas Talents Mapping, dalam bukunya yang berjudul "Talents Mapping" mengatakan bahwa "Sudah menjadi fitrah manusia bahwa masing-masing telah diberikan kelebihan dan potensi yang unik. Namun sering kali ada dari kita yang merasa rendah diri melihat potensi orang lain. Bukan berarti yang rendah diri tidak memiliki potensi, hanya saja belum menggali potensi yang ada pada dirinya".


Maka mengenali diri dan menggali potensi yang dimiliki menjadi sangat penting bagi seorang ibu sebagai langkah awal untuk mampu berdaya. Karena mengenali potensi diri akan membangkitkan kepercayaan dirinya. Dan tidak cukup jika hanya "percaya", tetapi "yakinlah" bahwa dirimu istimewa dan berharga.


Kehadiranmu di dunia ini bukanlah sia-sia. Karena setiap individu terlahir dengan membawa potensinya masing-masing. Bangkitkan kepercayaan dirimu dengan menggali potensi yang kau miliki. Sehingga kau mampu berdaya dan bermanfaat bagi sesama. Sebagai penutup, semoga pesan dari Septi Peni, founder Ibu Profesional, ini dapat membangkitkan kepercayaan dirimu, "Sesungguhnya tidak ada peran yang kecil kecuali kita yang mengecilkannya, atau membiarkan orang lain merendahkannya".


(Riana Oktavia)