ASIK : ibu bahagia, bertumbuh, berkarya

www.ibuasik.com - 17/11/2022, 12:55 WIB. Penulis : Riana Oktavia.

www.ibuasik.com - Seringkali kita mendengar sebuah nasihat bahwa "anak butuh ibu yang bahagia, bukan ibu yang sempurna". Benarkah hal ini? Adakah korelasinya antara kebahagiaan ibu dengan kehidupan seorang anak? Ternyata hal ini dibuktikan dalam sebuah riset .


Sebuah riset yang dilakukan oleh Harry Benson dan Stephen Mckay, seorang peneliti yang berasal dari Marriage Foundation dan Universitas Lincoln, menemukan bahwa kebahagiaan seorang ibu berpengaruh besar terhadap kebahagiaan hidup anak di masa depan. Hasil riset ini diterbitkan pada September 2019 pada laman Marriage Foundation.


Mereka mengumpulkan dan menganalisis data dari studi millennium cohort, survey longitudinal yang dilakukan di University of London dari 13 ribu pasangan dengan anak yang lahir tahun 2000 hingga 2001. Dan melihat seberapa besar tingkat kepuasan pasangan menikah menjalani hubungan cinta mereka, kemudian melihat bagaimana kondisi tersebut mempengaruhi kesehatan mental anak serta mengukur kedekatan anak dengan orang tua mereka.


Penelitian tersebut menyimpulkan, bahwa anak-anak dengan ibu yang bahagia ternyata memiliki kehidupan lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tumbuh dengan ibu yang tidak bahagia. Dan ibu yang bahagia adalah ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi.


Itulah kenapa penting bagi seorang ibu untuk merasa bahagia dan menemukan hal yang membuatnya bahagia. Jika seorang ibu merasa bahagia, ia akan memiliki emosi yang stabil sehingga akan mendampingi anak-anaknya dengan cinta dan kasih. Dengan kebahagiaan pula ia akan menjalankan perannya dengan sebaik mungkin dan muncul semangat untuk memperbaiki diri. Oleh karena itulah Fatimah Azzahra selaku founder Komunitas ASIK (Akselerasi Ibu Masa Kini), meletakkan konsep "bahagia" sebagai pondasi utama sebelum akhirnya seorang ibu bisa bertumbuh dan berkarya.

Lantas bagaimana caranya agar seorang ibu bisa bahagia? Ibu Septi Peni Wulandani selaku founder Ibu Profesional mengatakan, "Bahagia itu diciptakan, bukan ditunggu. Bahagia itu ditularkan, bukan diajarkan". Beliau berpendapat bahwa diri kita sendirilah yang bisa menciptakan kebahagiaan itu. Jangan pernah berharap bahwa kebahagiaan itu akan datang dari luar, bahkan dari suami atau anak sekalipun. Tetapi munculkanlah rasa bahagia itu dari dalam diri kita sendiri.


Kemudian bagaimana definisi bahagia itu sendiri? Menurut Tony Hsieh, CEO Zappos, bahagia itu bermacam-macam bentuk dan kedalamannya. Sehingga ada tiga jenis bahagia. Pertama adalah "pleasure", yaitu kebahagiaan fisik yang bersifat sementara. Ditandai dengan meningkatnya hormon endorfin. Seperti keinginan untuk membeli barang tertentu atau sekedar pergi berlibur bersama keluarga.


Kemudian bahagia jenis kedua berkaitan dengan "passion". Saat seseorang merasa enjoy mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan passionnya, hingga ia betah berlama-lama mengerjakannya. Maka untuk mewujudkan kebahagiaan yang berkaitan dengan passion, seorang ibu haruslah mengenal dirinya lebih dalam. Mengenali potensi kekuatan yang ia miliki, menyadari hal apa yang ia suka dan hal apa yang menjadi kelemahannya. Setelah menyadari hal ini, ia bisa fokus mengembangkan "passion"nya sehingga ia dapat menjadi pribadi yang "bertumbuh".


Saat seorang ibu mengembangkan passionnya, ia menjadi terampil dalam bidang yang ia sukai, bahkan mampu memecahkan masalah yang ia hadapi sebelumnya. Dan tak menutup kemungkinan ia bisa membuat karya yang berasal dari passionnya. Misalnya, seorang ibu yang memiliki passion memasak, ia akan mencoba berbagai resep masakan dengan bahagia. Secara tidak langsung saat itu ia sedang mengasah potensi dirinya dan berkarya dengan hasil masakan yang ia buat. Bahkan tidak menutup kemungkinan ia akan menciptakan resep baru yang bernilai jual, hingga menjadi karya yang luar biasa. Apalagi di era digital saat ini, ada banyak sekali kesempatan bagi para ibu untuk belajar dan meningkatkan kualitas dirinya. Hingga ia mampu berkarya dan semakin meluaskan kebermanfaatannya untuk sesama tanpa harus meninggalkan peran utamanya sebagai seorang ibu.


Kebahagiaan jenis ketiga berkaitan "purpose" atau tujuan. Disebut juga sebagai puncak sebuah kebahagiaan. Saat hidup bukan hanya sekedar "goodlife" (hidup enak) tetapi juga "meaningful life" (hidup bermakna). Dan kebahagiaan ini dicapai saat kita melakukan suatu pekerjaan bukan lagi hanya untuk tujuan pribadi tetapi untuk tujuan yang lebih besar.


Sebagai seorang muslimah, bahagia jenis ketiga ini adalah yang paling penting untuk kita pahami dan wujudkan. Karena kesadaran akan peran sebagai hamba Allah akan membuat hidup kita lebih bermakna dan penuh dengan rasa syukur. Seorang ibu haruslah memahami bahkan selalu diingatkan dengan keistimewaan perannya. Sehingga ia akan menjalani kesehariannya dengan penuh makna. Ia akan banyak mensyukuri kehadiran suami serta anak-anaknya. Dan rasa bahagia ini akan mendorongnya untuk menjadi ibu yang lebih baik setiap harinya.


ASIK sendiri berpendapat bahwa ketiga jenis kebahagiaan itu sangatlah diperlukan seorang ibu dengan kadar yang sesuai. Bahkan kebahagiaan dari sisi "Passion" dan "Purpose" perlu diusahakan agar rasa bahagia itu tidaklah hanya bersifat sementara.


Maka untuk para ibu berbahagialah dengan peranmu, temukan dan ciptakan kebahagiaanmu sendiri. Serta bersemangatlah untuk terus memperbaiki kualitas diri, hingga kau semakin bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Dan kelak tidak hanya keluargamu yang akan merasakan manfaatnya, tetapi juga ummat ini. Karena seperti yang Ustadz Budi Ashari sampaikan, "Baik atau tidaknya peradaban hari ini, sangatlah bergantung pada kualitas perempuannya, ibu yang baik, sholihah lagi berilmu pasti akan melahirkan para pemimpin-pemimpin peradaban yang islam harapkan".

(Riana Oktavia)