#5 IMPACT- SYSTEM DESIGN

Pekan kelima (21/7) dalam kesempatan pendampingan kapasitas para leader perempuan di DIWA memasuki babak baru. Pasalnya, dua puluh lima leader termasuk Founder ASIK, Fatimah Azzahra akan menerima pembekalan terkait perubahan dampak setelah sebulan kemarin menerima materi seputar leadership.


Didampingi oleh coach dari ASHOKA Singapura, Rajesh yang pernah menjadi computer engineer di IBM selama sepuluh tahun lalu memilih menjadi mengedukasi dalam hal system thinking dan menjalankan program pemberantasan kemiskinan di inovasi sosialnya. Rajesh juga telah banyak pengalaman berhadapan lebih dari 100 changemakers memberikan perspektif baru mengenai perubahan sosial yang berdampak.


Dalam penjelasannya mengenai system change, sistem diartikan sebagai sekumpulan elemen yang saling berhubungan diatur secara koheren untuk meraih suatu tujuan. Maka system change bukan sekedar melihat isu atau penyebab masalah secara sosial saja namun menggambarkannya dalam suatu konsep utuh menyeluruh (holistik).


Masalah ASIK adalah krisis kepercayaan diri ibu karena merasa tidak berkapasitas dan menjalani peran sebagai ibu, juga bagaimana menjadi pribadi yang senantiasa berkembang memiliki karya tidak larut dan lantas menenggelamkan diri sehingga lupa pada eksistensi dan hak diri untuk bisa bertumbuh dan berkarya. Jika dirunut kembali proses melihat masalah untuk system change secara holistik tidak sederhana memakai kacamata kuda, namun harus melihat dari kacamata lalat yang punya penglihatan dari berbagai sisi.


Untuk bisa mengubah secara berdampak pada sistem, yakni melakukan penggantian (shifting), penyusunan sistem (configurating), hingga mengubah keseluruhan (transforming) dibutuhkan tahapan yang melibatkan semua elemen sistem. Harus ada interkoneksi antar elemen untuk mencapai tujuan. Tahapan yang harus dilakukan meliputi 6 langkah, yakni menyadari perlunya perubahan, melakukan diagnosis sistem, membuat praktik awal, menginisiasi perubahan, melanjutkan transisi secara berkesinambungan, hingga di tahap akhir kita bisa membuat ketentuan baru dari proses mengalir yang sudah berubah.


Menyadari perlu atau tidaknya suatu perubahan harus diawali dengan melihat seberapa besar dan pentingnya masalah yang ada, bisa melalui menyelami mendalam dive deep) masalah yang dihadapi hingga dapat digambarkan gunung es masalahnya. Mendiagnosis masalah dilakukan dengan melihat masalah sekarang (event), bagaimana pola berulangnya (pattern), serta apa saja kebijakan, hukum, peraturan yang mempengaruhinya (structure) sehingga selanjutnya dalam rangka membuat praktik awal kita bisa menganalisis dalam system framework yang ada.


Dalam hal ini masalah krisis self-confidence yang dialami banyak calon ibu dan ibu merupakan fenomena klasik yang tetap besar masalahnya karena multifaktor, jika dikaji mendalam kegawatdaruratan masalah dirasakan karena saat ini perempuan bukan hanya menerima stigma dari luar lingkungannya namun bisa berasal dari dalam diri, keluarga, bahkan di kepalanya sendiri. Mindset dari beragam perspektif yang menekan ibu rumah tangga menjadi underrate pada perannya harus di-shifting ulang sehingga tetap sejalan dengan kebutuhan zaman serta keselarasan misi hidupnya sebagai hamba.


Makin tertantang membuat perubahan pada diri? Sobat ASIK bisa menyimak lebih lanjut pembahasannya di kelas-kelas ASIK juga dalam diskusi member di Pojok Bertumbuh. Nantikan ya! ❤



(Fatimah Azzahra)