#2 Care 1

16-17 Juni 2022

"Empati itu tidak diajarkan, empati itu ditumbuhkan", begitulah kira-kira kutipan Ibu Septi Peni Wulandani, Founding Mother Ibu Pembaharu dalam salah satu sesi kelasnya. Definisi itu akhirnya diulang, dipelajari lagi oleh Founder ASIK, Fatimah Azzahra dalam sesi pertama pada pertemuan DIWA.


Dalam program pendampingan kapasitas para leader perempuan ini, mindset sebagai DIWA Fellow diarahkan untuk siap bertumbuh. Para leader komunitas ini diharapkan memegang mindset dan norma umum yang berlaku dalam atmosfer DIWA, yakni a safe and brave space. Di dalam setiap sesi kelas berdurasi 2-2.5 jam itu, setiap fellow diperkenankan untuk tidak hanya mendengar namun menyimak, berpendapat tanpa takut adanya penghakiman. Leader ASIK, Fatimah Azzahra juga belajar bagaimana bisa terus terbuka pada feedback dan berkontribusi dalam setiap kesempatannya, mencapai keseimbangan dan kebahagiaan dalam proses belajarnya. Meski memiliki privilege dalam DIWA program ini, namun setiap orang dalam program ini mesti meyakini bahwa yang menentukan perbaikan proses adalah diri sendiri, you are the producers of your own experience.


Maka, konsekuensi logis dari perjalanan DIWA program ini adalah latihan, kehadiran penuh, konsistensi untuk terus berkomunikasi serta menaruh 'mata' dan 'hati' dalam setiap prosesnya. Sebuah perjalanan belajar yang sangat berharga!


Modul pertama DIWA yang akan dibahas berturut-turut dalam kurun waktu sebulan adalah modul leadership. Jika melihat tematiknya, tentu akan terlihat padat dan beratnya, namun di pertemuan pertama para Fellows diajak untuk menyelami cognizance, yakni bagaimana caranya menumbuhkan awareness dari dalam dengan melihat kebutuhan dan kekuatan. Assessment awal dilakukan melalui online assessment yang direkomendasikan oleh Haraya Consulting. Disini masing-masing Fellow akan melihat hasil kekuatan, kelemahan juga blind spot dari pengamatan seketika. Sempat bertukar hasil review pengamatan dengan Founder Biyung Indonesia, mereka menemukan banyak kesamaan meski juga perbedaan kekuatan.


Sesi kedua di pekan pertama, leader ASIK Fatimah Azzahra juga mendapatkan pemantik mengenai apa itu compassion dalam kepemimpinan seorang WSE (women social entrepreneur). Compassion adalah bentuk aksi dan emosi dari empati yang membuat seseorang menunjukkan kepedulian dan memberikan bantuan kepada orang lain. Kebahagiaan bukan hanya berasal dari hal-hal yang besar, namun bisa terkait hal yang disukai, terkait passion dan hal-hal yang dapat mengisi tangki energi kebahagiaan dengan cepat. Setiap orang perlu melihat dalam dirinya, apa yang bisa membuatnya bersemangat sekaligus menguras energinya.


Selain menghadiri sesi zoom online, para DIWA Fellows juga berkesempatan menyambung koneksi dengan rekan WSEs lainnya melalui coaching circle dan peer circle. Masih banyak pengalaman belajar menunggu di depannya. Sobat ASIK, masih mau membersamai perjalanan belajar kami? Nantikan jurnal perjalanan belajarnya disini ya…